Thursday, October 24, 2013

BAHASA INDONESIA



Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi
BAHASA  INDONESIA
1. Sejarah Bahasa Indonesia
Kronologis sejarah bahasa Indonesia dibedakan menjadi 2 periodesasi masa, yaitu:
a. Sebelum kemerdekaan
-1901-  Van Ophuysen
-28 Oktober- Sumpah Pemuda
b. Sesudah Kemerdekaan
-18 Agustus 1945-UUD 45 pasal 36- Bhs Ind. sbg. bhs. negara
-19 Maret 1947- Ejaan Soewandi
-16 Agustus 1972- presiden menggunakan EYD dalam pidato kenegaraan
-13 Agustus 1972- EYD ditetapkan Mendikbud.

Sebelum kemerdekaan
Bahasa Melayu menjadi lingua franca, artinya digunakan sebagai alat perhubungan bukan saja di wilayah nusantara. Melainkan juga di negara asia tenggara
Bangsa asing pun yang datang ke Indonesia juga menggunakan bahasa Melayu dalam berhubungan dengan masyarakat Indonesia
Buktinya adalah :
1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683
2. Prasasti Talang Tuo di Palembang tahun 684
3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat tahun 686
4. Prasasti Karang Brahi di antara  Jambi dan Sungai Musi tahun 688
                Prasasti ini bertuliskan Pra-Nagari dan menggunakan bahasa Melayu dalam bentuk Melayu Kuno sudah dipakai dalam masa kerajaan Sriwijaya.
-Prasasti Talang Tuo
-Huruf Melayu/Huruf Jawi
-Huruf Jawi

Dalam zaman Sriwijaya, Bahasa Melayu berfungsi sebagai :
  1. Bahasa Kebudayaan, artinya bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra;
  2. Bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di Indonesia;
  3. Bahasa perdagangan, terutama di tepi-tepi pantai baik antarsuku yang ada di Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia;
  4. Sebagai bahasa resmi kerajaan

CATATAN SEJARAH KOLONIALISME
-Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu tetap digunakan sebagai bahasa perhubungan di antara bangsa Indonesia. Karena Pemerintah Belanda tidak mau menyebarluaskan penggunaan bahasa Belanda pada penduduk pribumi.
-Pada tanggal 28 Oktober 1928 Kongres Pemuda menempatkan bahasa Melayu diubah namanya menjadi bahasa Indonesia dan diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional yang dinyatakan dalam 3 butir kebulatan tekad.

tiga Butir Tekad Sumpah Pemuda
(1)    Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
(2)    Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
(3)    Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

4 Faktor menyebabkan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional antara lain :
  1. Bahasa Melayu sudah menjadi lingua franca di Indonesia; yaitu sebagai bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan
  2. Sistem bahasa Melayu sederhana, karena tidak ada tingkatan bahasa.
  3. Suku bangsa di Indonesia menerima bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia
  4. Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk digunakan sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas

Peristiwa-Peritiwa Penting Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan
-Sesudah Kemerdekaan
Pemerintah Orde Lama dan Orde Baru menaruh perhatian serius terhadap bahasa Indonesia dengan membentuk lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yaitu; Pusat Bahasa dan pusat penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia. Ditandai dengan perubahan ejaan dari van Ophyusen menjadi Soewandi hingga EYD.

2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
2.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Sebagai  bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
(1)    lambang kebanggaan kebangsaan;
(2)    lambang identitas nasional;
(3)    alat pemersatu berbagai suku bangsa yang mempunyai latar belakang sosial budaya  dan bahasa sendiri-sendiri dalam kesatuan kebangsaan; dan
(4)    alat perhubungan antardaerah, antarwarga dan antarbudaya.
A. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Kebangsaan:
                Adanya sebuah bahasa yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia, sehingga dapat mengatasi berbagai perbedaan yang ada.
B. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional
                Untuk membangun kepercayaan  diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa dapat diwujudkan  antara lain melalui bahasanya.
C. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku Bangsa
                Perbedaan suku bangsa yang dapat memecah-belah bangsa dapat dihindari karena adanya bahasa pemersatu bahasa Indonesia
D. Bahasa Indonesia sebagai Alat  Perhubungan Antardaerah, Antarwarga, dan  Antarbudaya
                Adanya berbagai suku bangsa dengan budaya dan bahasa yang berbeda-beda dibutuhkan alat komunikasi yang sama untuk menghindari kesalahpahaman.

2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
(1) bahasa resmi kenegaraan;
(2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
(3) alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan;
(4) alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
A. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan
                Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia digunakan untuk urusan-urusan kenegaraan, misalnya  pidato-pidato resmi kenegaraan, dokumen dan surat-surat resmi, upacara dsb.
B. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar dalam Dunia Pendidikan
                Dunia pendidikan di suatu negara memerlukan sebuah bahasa yang seragam sehingga kelangsungan pendidikan tidak terganggu.
                Dengan satu bahasa, peserta didik dari tempat yang berbeda dapat saling berhubungan.

C. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat Nasional untuk Kepentingan Pembangunan dan Pemerintahan
                Untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan di tingkat nasioanl diperlukan sebuah bahasa sebagai alat perhubungan sehingga komunikasi tidak terhambat.
D. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
                Untuk mengembangkan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat luas


BAHASA RAGAM ILMIAH
Ragam bhs. Ilmiah: ragam bhs. yang digunakan untuk kegiatan yang bersifat ilmiah.
a. Ranah Bhs Ilmiah
1)      Naskah (artikel, makalah, laporan penelitian) – surat-surat resmi
2)      Skripsi, tesis, disertasi
3)      Laporan pekerjaan yang berbentuk surat atau naskah
4)      Lap. pertanggungjawaban– lap. keuangan, lap. kegiatan, lap. pemegang saham.
- Ciri-ciri Bhs. Ragam Ilmiah
a)      Cendekia
b)      Lugas dan logis
c)       Jelas
d)      Padat dan ringkas
e)      Formal dan objektif
f)       Gagasan sebagai pangkal tolah
g)      Penggunaan istilah teknis
h)      konsisten
- Cendekia: bahasa yang digunakan mampu mengungkapkan hasil berpikir logis.
Contoh :
Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia.
Bandingkan dengan:
- Pergeseran nilai-nilai budaya bangsa terjadi karena masuknya pengaruh budaya barat ke Indonesia.
- Lugas dan logis: bermakna harafiah dan tidak bermakna ganda
Contoh :
      Kalau pada zaman Sunan Kalijaga dalam kesenian wayang termasuk ceritanya digunakan sebagai media penyebaran agama. Maka dimasa sekarang lebih tepat apabila penanaman budi pekerti dalam cerita wayang melalui pengajaran apresiasi.
Bandingkan dengan
     Kalau pada zaman Sunan Kalijaga, kesenian wayang termasuk ceritanya digunakan sebagai media penyebaran agama, sekarang kesenian wayang itu digunakan sebagai media penanaman budi pekerti melalui apresiasi.
Jelas: memiliki struktur kalimat dan makna yang jelas
Contoh:
Kuda makan rumput
Bandingkan dengan
Rumput makan kuda

Padat dan ringkas
Tidak ada unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan/mubazir (ringkas bentuknya tetapi padat gagasannya)
Contoh :
     Pendidikan agama di SD tidak akan terlaksana  dengan sebaik-baiknya jika tanpa adanya dukungan dari orang tua dalam keluarga.
Bandingkan dengan
    Pendidikan agama di SD tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan orang tua.
- Formal dan objektif:
Menggunakan unsur-unsur bahasa formal/resmi pada setiap lapis bahasa (diksi, kalimat dst)
Contoh :
Menurut Moeliono (1989) bahwa bahasa ilmiah itu lugas, eksak, dan menghindari kesamaran dan ketaksaan dalam pengungkapan
Bandingkan dengan
Menurut Moeliono (1989) bahasa ilmiah itu lugas, eksak, dan menghindari kesamaran dan ketaksaan dalam pengungkapan
- Gagasan sebagai pangkal tolak
Berorientasi pada gagasan dan bukan pada penulis
Contoh :
     Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga akan sangat penting didalam penanaman moral Pancasila.
Bandingkan dengan
    Perlu diketahui bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam penanaman moral Pancasila.
Penggunaan istilah teknis
Menggunakan islilah teknis sesuai dengan bidangnya
Contoh :
- Perbedaan antara investasi, pembelian bahan akhir perusahaan , dan depresiasi disebut jaringan investasi. (Ekonomi)
- Pada dasarnya, pertanian organik berhubungan dengan berbagai bentuk gerakan pertanian alternatif. (Pertanian)
- Unsur intrinsik suatu karya sastra yang berupa prosa antara lain; tema, setting, plot, karakter, titik kisah, dan gaya bahasa. (Sastra)
Konsisten: menggunakan unsur-unsur bahasa secara konsisten (taat asas)
Contoh :
- Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah:
  1. Pertemuan dengan penasihat akademik,
  2. Mengajukan topik,
  3. Melapor kepada ketua jurusan, dan
  4. Bertemu pembimbing.
Bandingkan dengan
- Penulis skripsi harus melakukan langkah-langkah:
  1. menemui penasihat akademis;
  2. mengajukan topik;
  3. melaporkan rencana skripsi kepada ketua jurusan; dan
  4. menemui pembimbing.


EJAAN
Ejaan adalah  aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan tanda baca.
Fungsi ejaan adalah:
a. sebagai landasan pembakuan tata bahasa,
b. sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan, serta
c. sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Aspek-Aspek Ejaan
a.  Pengaturan Huruf
Bentuk huruf Latin yang banyak digunakan dalam bahasa-bahasa di dunia adalah huruf Romawi (tegak) dan huruf Italic (miring).
Penggunaan huruf Romawi dalam penulisan karya ilmiah ditetapkan dengan menggunakan jenis huruf Time New Roman dengan ukuran 12 point.
b.  Pengejaan Kata
1) Pemakaian huruf q dan x dibatasi hanya untuk keperluan ilmu dan pemakaian nama, kecuali kata-kata yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Contoh:
Baihaqi, Iqbal, Maqful,Xerox, sinar-X.
2) Pemakaian huruf f dan v dalam bahasa Indonesia dieja dan diucapkan atau dilafalkan sama.
Huruf f dan v sering juga dipertukarkan dengan huruf p.
Contoh:
 positif bukan positip atau positive,
kreatif bukan kreativ atau kreatip,
kreativitas bukan kreatifitas atau kreatipitas,
3) Pemakaian huruf z pada unsur asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia ditulis dan dieja seperti huruf dan bunyi aslinya.
Contoh:
zakat, zebra, zat, ziarah bukan ditulis dan dieja jakat, jebra, jat, jiarah
4) Pemakaian huruf h yang berada pada gugus gh, ph, rh, dan th harus dicermati dengan baik.
Contoh:
morphologi, rhitme, methode menjadi morfologi, ritme, metode
5) Pemakaian huruf sin, shad, dan tsa’ yang berasal dari bahasa Arab ditulis dan dieja seperti huruf s, sedangkan huruf syin dieja dan ditulis seperti huruf sy.
Contoh:
Huruf s dari huruf sin antara lain selamat, sebab, insan.
Huruf s dari huruf tsa’ antara lain missal, senin, salju.
Huruf s dari huruf shad antara lain pasal, hasil, maksud.
Huruf sy dari huruf syin antara lain syahbandar, syarat, masyarakat.
6)Pemakaian huruf h ditulis dan dieja seperti huruf h, sedangkan huruf kha? ditulis dan dieja seperti huruf kh.
Contoh:
-Huruf h dari huruf h? dan ha? antara lain sehat, nasihat, hasil, sahabat.
-Huruf kh dari huruf kha? antara lain makhluk, khusus, khayal, khalik.
-Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Karimata VII Nomor 11Hotel Indonesia, Kamar 189
c. Pemenggalan Kata
1)      Kata Dasar
- Jika di tengah kata ada huruf vokal yang beruntun (V/V), pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal tersebut.
Contoh:
ta-at,     ma-af, bu-ah    

- Jika di tengah kata ada huruf konsonan dan gabungan konsonan di antara dua vokal (KV/KV) (KV/KKV), pemenggalan dilakukan sebelum konsonan.
Contoh:
ta-bu, ka-wan, bu-nyi, ka-bar
- Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan (K/KV), pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan tersebut.
Contoh:
Ap-ril, han-dal,per-gi

- Jika di tengah kata ada tiga atau lebih huruf konsonan (K/KK), pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan kedua.
Contoh:
                in-struk-si                kon-klu-si bukan konk-lu-si
- Pada kata jadian, imbuhan yang berupa awalan dan akhiran, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai, pemenggalan dilakukan dengan memenggal imbuhan tersebut dari kata dasarnya. Sebagai tambahan, pada kata jadian disarankan sedapat-dapatnya untuk tidak memenggal bentuk dasar.
Contoh:
per-ubah-an, meski-pun, meng-gali

- Kata berimbuhan sisipan  pemenggalan dilakukan sebagai berikut.
Contoh:
ge-ri-gi, te-lun-juk,          ge-me-tar
- Hindarilah pemenggalan pada kata yang berimbuhan (-i) dan kata yang diawali vokal.
Contoh salah:
mengakhir-i, a-nak,         i-kan
- Disarankan untuk tidak memenggal kata tugas.
Contoh salah:
deng-an,              pa-da, da-ri
- Imbuhan yang berasal dari bahasa asing tidak dianggap sebagai imbuhan, melainkan sebagai suku kata. Pemenggalannya dilakukan dengan mengikuti aturan pemenggalan kata dasar.
Contoh:
stan-dar-di-sa-si               bukan                  stan-dar-disasi
- Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat digabung dengan unsur lain, maka pemenggalannya dilakukan dengan: (a) di antara unsur-unsur itu atau (b) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah pemenggalan butir (a).
Contoh:
bio-da-ta             atau bio-data
pasacasarjana, pasca-sarjana atau            pas-ca-sar-ja-na

KATA TURUNAN
Kata turunan terdiri atas kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.
- Kata Berimbuhan
1)      Imbuhan pemenggalannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh: bel-a-jar, peng-a-tur-an
2)      Sisipan: ge-ri-gi, te-lun-juk, ge-me-tar
-          Kata Majemuk: pemenggalannya berdasarkan pada unsur-unsur bentukan
                Contoh: fo-to-gra-fi, ki-lo-me-ter
- Kata Ulang: semua jenis kata ulang pemenggalannya didasarkan pada unsur-unsur pengulangannya
                Contoh: ja-lan-ja-lan, se-luk-be-luk, seluk-be-luk, di-be-sar-be-sar-kan
- d. Pemakaian Huruf
1)      Huruf Kapital atau Huruf Besar
a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal  kalimat.
Contoh:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Pekerjaan itu belum selesai.
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pertikan langsung.
Contoh:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama nabi/rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Allah yang Mahakuasa dan Maha Pengasih menurunkan wahyu Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hamengkubuwono X, Haji Agus Salim,,Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Profesor Agus Subekti, Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, Gubernur Jawa Timur
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
Titik Maslikatin, Wage Rudolf Supratman
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh:
10 volt, 5 ampere
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
mengindonesiakan kata asing,keinggris-inggrisan
h)  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
tahun Hijriah, bulan Maret, hari Jumat, hari Natal, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Contoh:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Kali Brantas, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Teluk Benggala, Terusan Suez.
 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Contoh:
Berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Contoh:
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon
j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Contoh:
Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah  Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005…….
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta dokumen resmi.
Contoh:
menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Dia adalah agen surat kabar Kompas.
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr.                          = doktor                                               M.A.      = master of arts                               
S.E.                         = sarjana ekonomi           S.H.        = sarjana hukum                             
Prof.                      = profesor                           Tn.          = tuan
Sdr.                        = saudara
Catatan: untuk gelar dokter singkatannya dr.
n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Contoh:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.Adik bertanya, “itu apa, Bu?”Surat Saudara sudah saya terima.“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Contoh:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
o)Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Sudahkah Anda tahu?Surat Anda telah kami terima.

HURUF MIRING
a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
majalah Bahasa dan Kesusateraan, surat kabar Suara Karya
b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad ialah a.Dia bukan menipu, tetapi ditipu.Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

PENULISAN KATA
1) Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Buku itu sangat tebal
2) Kata Turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata   dasarnya.
Contoh:
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
b) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
c) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan
d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
aerodinamika, antarkota, bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional, instropeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern
Catatan:
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kaptal, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Contoh:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Contoh:
Maha Esa, Maha Pengasih.
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata dasar, gabungan itu ditulis serangkai.
Contoh:
Mahaadil,            Mahabesar, Mahakuasa, Mahaagung

BENTUK ULANG
a) Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan  tanda hubung.
Contoh:
anak-anak, buku-buku, hati-hati, undang-undang, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang

Gabungan Kata
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat
b) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Contoh:
alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda
c) Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Contoh:
- acapkali, adakalanya, akhirulkalam, bagaimana, barangkali, bilamana, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, darmawisata, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.

Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil
Bukunya disimpan di almari

Kata Depan di, ke, dan dari
a) Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ayah berangkat ke kantor.
Tas itu terbuat dari kulit
b) Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim

Partikel
a) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
b)            Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun, ditulis serangkai.
Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemontrasi.
c)            Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 9.000,00 per helai.

Singkatan dan Akronim
a) Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
(a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau  pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
A.S. Kramawijaya
 Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S. A.
BBC
(b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas tiga huruf atau lebih huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
DPR                        = Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI                      = Persatuan Guru Republik Indonesia
RUU                       = Rancangan Undang-Undang
(c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh:
dll.                          = dan lain-lain                                   
dsb.       = dan sebagainya
dst.                        = dan seterusnya                            
hlm.       = halaman
sda.        = sama dengan atas                       
Yth.        = Yang terhormat
(d) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran,  takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
Cu           = kuprum                                           
KVA       = kilovolt-ampere
TNT        = trinitrotoluen                
kg           = kilogram
cm         = sentimeter                                      

b) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
(a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
ABRI                      Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(b) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh:
Akabri                   : Akademi Angkatan Bersenjata
Bappenas            : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional   
Iwapi                     : Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
(c) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu                  : pemilihan umum
radar                     : radio detecting and ranging    
rapim                    : rapat pimpinan
raker                     : rapat kerja

ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN
a) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Contoh:
Angka Arab         : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7,8,9
Angka Romawi  : I, II, III, IV, VI, VII, VIII, IX, X, L (50)
b) Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter                     1 jam 20 menit
5 kilogram                              pukul 15.00
4 meter persegi                                   tahun 1928
c) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Karimata VII Nomor 11Hotel Indonesia, Kamar 189
d) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Contoh:
Bab 10, Pasal 5, halaman 252
Surat Yasin: 9
e) Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
(a) Bilangan utuh
Contoh:
dua belas                                             12
dua puluh dua                                   22
dua ratus dua puluh dua               222
(b)          Bilangan pecahan
Contoh:
setengah                             ½
tiga perempat               ¾
seperenam belas             1/16
f) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Contoh:
Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan pada abad    ke-20 ini; lihat Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.
g) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Contoh:
tahun ’50-an      atau tahun lima puluhan
uang 5000-an     atau uang lima ribuan lima uang 1000-an              atau lima uang seribuan
h) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
i) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j) Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
k) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
 l) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh:
- Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima per seratus rupiah).
- Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima per seratus) rupiah.

PENULISAN UNSUR SERAPAN
- Unsur serapan atau pinjaman berdasarkan taraf integrasinya dibagi dalam dua golongan.
-- Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia tetap dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara ucapan asing. Misalnya: reshuffle, shuttle cock, l’exploitation de l’homme par l’homme.
-- Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan ejaan asingnya hanya diubah seperlunya hingga ejaan atau bentuk Indonesianya sesuai dengan kaidah EYD dan masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya (lihat kolom di bawah).
-- Akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian yang utuh. Misalnya: standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standar, implemen, dan objek. Berikut daftar kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia


Penulisan Unsur Serapan
- Unsur serapan atau pinjaman berdasarkan taraf integrasinya dibagi dalam dua golongan.
-- Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara ucapan asing. Misalnya: reshuffle, shuttle cock.
-- Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia (EYD) dan masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kata Asing           Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar
l  risk                         resiko                                    risiko
l  system  sistim                                    sistem
l  effective              efektip,effektif                 efektif
l  frequency            frekwensi                            frekuensi
l  percentage         prosentase                         persentase

Pemakaian Tanda Baca
1) Tanda Titik (.)
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh:
  1. III.           Departemen Dalam Negeri                         
  1. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa                      
B. Direktorat Jenderal Agraria                        
 1. ……..
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
BAB III
3.1 bukan 3.1.
3.2
3.1.1  bukan 3.1.1.
3.1.2
a.
1)
a)
(1)
3.1.2.1.1.1.1
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik.
Contoh:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
Maslikatin, Titik. 2008. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama. Jember: Jember University Press.
e) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh:
Siregar, M. 1920. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka.
Amin.1920. Menulis Kreatif. Jakarta: Gramedia.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah
Contoh:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678
NIM
NIP 131.759.758
NIP 131759758
Maslikatin, Titik. 2008. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama. Jember: Jember University Press.
f) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ’45)
Salah Asuhan
g) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh:
Jalan Diponegoro 82 Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)atau
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini
Jakarta
JAKARTA.

2)Tanda Koma (,)
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contoh:
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
- Surat biasa, surat kilat, atau surat khusus memerlukan perangko. Satu, dua, … tiga!
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Contoh:
- Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
- Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
- Kalau hari hujan, saya tidak akan pulang.
- Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi kalimatnya.
Contoh:
- Saya tidak akan datang kalau  hari hujan.
- Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
d) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
- … Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.…
- Jadi, soalnya tidak semudah itu.
e) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
- Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
- Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
- Jember, 22 Juni 2006 Jember, Jawa Timur
f) Tanda koma untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
- Alisjahbana, S. T. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT. Pustaka Rakjat.
- Maslikatin, Titik. 2008. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama. Jember: Jember University Press.
g) Tanda koma dipakai di bagian-bagian dalam catatan kaki.        
Catatan: perhatikan perbedaan antara penulisan daftar pustaka pada huruf h dan penulisan catatan kaki pada contoh di bawah ini.
Contoh:
- W. J. S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang, Yogyakarta: UP Indonesia, 1967, hlm. 4.
h) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh:
- B. Ratulangi, S.E.
- Dra. Khadijah M.,S.Pd., M.A., M.M.
i) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
- 12,5 m
- Rp12,50
j) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh:
- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
- Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
- Semua mahasiswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma.
Contoh:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
k) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
- Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, diperlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
- Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
- Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
n) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian kalimat yang mengiringinya dalam kalimat jika pertikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh:
- “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
- “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

3) Tanda Titik Koma (;)
a) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
- Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b) Tanda titik koma sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contoh:
- Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; Saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

4) Tanda Titik Dua (:)
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
- Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
- Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
- Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
- Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.

b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
- Ketua          : Ahmad Wijaya
- Sekretaris   : S. Handayani
- Bendahara  : B. Hartawan
c) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
- Ibu       : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
- Amir    : “Baik, Bu” (mengangkat kopor dan masuk).
- Ibu       : ”Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar).
d) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh:
- Tempo, I (1971), 34:7
- Surat Yasin: 9
- Tulisan M. H. Sundoro, Sejarah Peradaban Barat Klasik, sudah terbit.
- Hidayat, R. 2006. Persamaan Diferensial Parsial. Jember: UPT Penerbitan UNEJ.

5) Tanda Hubung (-)
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Di samping cara-cara lama itu ju- ga cara yang baru.
Contoh:
                Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Contoh:
- Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ….
- Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak ….
atau
- Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ….
- Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak ….
bukan
- Beberapa pendapat mengenai masalah i-
  tu telah disampaikan ….
- Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma- 
  u beranjak ….

b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
- Kini ada cara yang baru untuk meng-
  ukur panas.
- Kukuran baru ini memudahkan kita me-
  ngukur kelapa.
Contoh:
- Akhiran –i tidak dipenggal agar tidak terdapat satu huruf saja.
c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka ”2” sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
Contoh:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
d) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
- p-a-n-i-t-i-a
- 22-6-2006
e) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagian kata atau ungkapan dan (2) penghilangan bagian kelompok kata.
Contoh:
- ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000), tanggung jawab-dan kesetia kawanan-sosial
Bandingkan dengan:
- ber-evolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000), tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Contoh:
- se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara
- S-1, S-2, S-3
- Ke2 (ke-2)
- keX (X)
g) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-smash, pen-tackle-an

6) Tanda Pisah (–)
a) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Contoh:
- Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangsa sendiri.
b) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’.
Contoh:
2001–2006
tanggal 1–17 Juni 2006
Jember–Surabaya
7) Tanda Elipsis (…)
a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Contoh:
- Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
- ...----------
- ------...------
- -----...------....
b) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Contoh:
- Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan: jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh:
- Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….
- ...tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
- Tanda elipsis menunjukkan ...bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan....
- ... Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan....


KATA, FRASA, DAN KLAUSA
Kata
Kata: bentuk bahasa yang paling kecil dan bermakna
Kata: unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan di berbagai bahasa.
1)      Verba (kata kerja)
Verba dapat didampingi dengan kata tidak
Contoh:
l   Ia tidak belajar di kampus.
l   Ia tidak makan di rumah.
l   Mereka tidak menulis makalah.
2) Adjektiva (kata sifat)                  
Adjektiva ditandai dengan dapat didampingi kata lebih, sangat, agak ,dan paling. Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi
  • adjektiva dasar, misalnya: baik, adil, boros;
  • adjektiva turunan, misalnya: alami, baik-baik, sungguh-sungguh;
  • adjektiva frasa misalnya; panjang tangan, murah hati, buta warna dan, cantik jelita, aman sentosa
3) Nomina (kata benda)
l  Nomina ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan.
Contoh:
l  Nomina dasar : rumah, orang, burung
l  Nomina turunan: kekasih, pertanda, petinju, pengacara, tulisan, pengawasan, persatuan,  kemerdekaan
l  Nomina bernyawa: manusia, sapi, kerbau
l  Nomina tidak bernyawa: rumah, sawah, tanah, sungai
l  Nomina terbilang: lima orang, seratus pohon, sekuntum bunga
l  Nomina tidak terbilang: air laut, bintang, awan, langit
4) Pronomina (kata ganti)
l  Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain dan berfungsi untuk menggantikan nomina
Contoh:
(1) Pronomina Persona
l  Pronomina persona pertama tunggal: saya, aku, daku
l  Pronomina persona kedua tunggal : engkau, kamu, Anda, kau, -mu
l  Pronomina persona ketiga tunggal: ia, dia, beliau,-nya
l  Pronomina persona pertama jamak: kami
l  Pronomina persona kedua jamak: kalian, kamu sekalian, Anda sekalian, kamu semua
l  Pronomina persona ketiga jamak: mereka
(2) Pronomina Penunjuk
l  Pronomina penunjuk umum: ialah, ini, itu
l  Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, sana
(3)          Pronomina penanya
l  Pronomina penanya: siapa, apa, mengapa, dengan apa, mana, di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, dan bilamana.
5) Numeralia (kata bilangan)
l  Numeralia dapat diklasifikasikan berdasarkan subkategori
a) Numeralia takrif (tertentu) yang terdiri atas
l  numeralia pokok ditandai dengan jawaban berapa? Satu, dua, tiga, dan seterusnya;
l  numeralia tingkat ditandai dengan jawaban yang ke berapa? Kesatu, kedua, dan seterusnya;
l  numeralia kolektif ditandai dengan satuan bilangan dosin, gross, kodi, meter, rupiah, dolar;
b)            Numeralia tidak takrif (tidak tentu)misalnya beberapa, berbagai, segenap, semua
6) Adverbia (kata keterangan)
l  Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
a) Bentuk tunggal:          
l  Orang itu sangat bijaksana.
l  Ia hanya membaca satu buku, bukan dua.
l  Ia lebih sukses dibanding teman seangkatannya
b) Bentuk jamak:              
l  Mereka belum tentu pergi hari ini.
l  Mereka benar-benar mendatangi perpustakaan kampus.
l  Langit berawan tebal jangan-jangan akan turun hujan
7) Interogativa (kata tanya)
l  Interogativa berfungsi sebagai pengganti sesuatu yang akan diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah diketahui. Kata yang digunakan dalam in terogativa adalah apa,  siapa, berapa, mana, yang mana, mengapa, dan kapan.
Contoh:
l  Berapa uang yang kamu perlukan?
l  Yang mana rumah orang itu?
l  Mengapa kamu tertarik pada topik penelitian itu?
8) Demonstratifa (kata ganti penunjuk)
l  Demonstratifa berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam atau di luar wacana. Sesuatu itu disebut anteseden. Kata yang menunjukkan demonstratifa adalah ini, itu, di sini, di situ, berikut, dan begitu.
9) Preposisi (kata depan)
l  Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbentuk frasa atau kelompok kata atau sering disebut dengan kata depan. Preposisi mempunyai dua bentuk yaitu:
a)   preposisi dasar ( di, ke, dari, pada, demi)
b)            preposisi turunan ( di antara, di atas, ke dalam, di samping, dari samping, dari luar, dan kepada).
10) Konjungsi (kata sambung)
l  Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam suatu wacana.
l  Konjungsi dikelompokkan dalam dua jenis.
a)      Konjungsi intrakalimat : agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga, serta, supaya, tetapi, dan sebagainya.
b)            Konjungsi ekstrakalimat: jadi, di samping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan demikian, walaupun demikian, akibatnya, atau tambahan pula.
2 Frasa
Yang dimaksud frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya: bayi sehat, sangat enak, sudah lama sekali, dan sebagainya.
a. Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja
a. Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja
Contoh:
Ia bekerja keras sepanjang hari
Orang itu berjalan cepat setiap hari.
Siswa itu menulis kembali pekerjaan rumahnya.
b. Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau kata keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan.
l  Contoh: agak baik                            akan tenang                       amat pandai
                   belum baik      paling tenang                                                                           kurang pandai
                    lebih baik                        selalu rajin                       
                    agak  sedih
c. Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda ke kiri dan ke kanan.
Contoh:
dua buah buku, seorang teman, beberapa butir telur
d.  Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikatif (membatasi), misalnya: sangat baik, kata baik merupakan inti dan kata sangat merupakan pewatas.
3.2.3 Klausa
 Klausa: kelompok kata yang berpotensi menjadi kalimat. Klausa sering terjadi dalam kalimat majemuk.

l  3.3 Diksi
                Diksi adalah pilihan kata. Dalam penulisan karya ilmiah harus dilakukan pemilihan kata.
Teknik pemilihan kata tersebut  sebagai berikut.
a. Memilih kata-kata dalam bentuk baku karena dalam bahasa Indonesia banyak ditemukan juga kata-kata yang tidak baku.
l  Diksi
b. Menghindari kata-kata yang termasuk jargon atau prokem atau slang, karena kata-kata tersebut tidak termasuk kata-kata baku, kecuali sebagai data.
Contoh:
tidak baku                                                                          baku
Beli ipok utas gelas (jargon)     Beli kopi satu gelas
c. Menghindari pemakaian kata-kata di mana, yang mana, yang digunakan sebagai kata penghubung.
Contoh:
tidak baku                                                         
1. Kota Jember merupakan kota di mana saya dilahirkan.
2. Masalah yang mana sudah saya jelaskan tidak perlu ditanyakan lagi.
baku
1a.Kota Jember merupakan kota tempat saya dilahirkan.
2a.Masalah yang sudah saya jelaskan tidak perlu ditanyakan lagi.
d. Memilih kata-kata yang lugas, bereka makna, dan bermakna denotatif bukan makna konotatif atau kias atau metaforis.
Contoh:
konotatif                                                            
Dalam pertengkaran itu, ia dijadikan kambing hitam.
denotatif
Kambing hitam itu dijual karena sangat diminati banyak orang.
e. Memilih kata-kata bersinonim yang paling tepat, yang memungkinkan satu tafsiran makna yang paling sesuai dengan konteks dan maksud penulis.
Contoh:
tidak tepat          
Melihat pertunjukan wayang.
tepat
Menonton pertunjukan wayang
f. Memilih kata-kata yang tidak berkonotasi emotif.
Contoh:
Emotif         
Itu semua menunjukkan kepicikan atau ketololan masyarakat setempat.
tidak emotif
Itu semua menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat setempat.
g. Memilih kata dengan tepat, terutama kata ganti, kata kebijakan dan kebijaksanaan, dan kata dari dan daripada.
  1. Kata Ganti
Contoh:
tidak tepat
Kemarin sewaktu kita datang, dia sudah berada di sini.
Dengan ini kami sebagai penulis ingin mengucapkan terima kasih.
tepat
Kemarin sewaktu kami datang, dia sudah berada di sini.
Dengan ini saya sebagai penulis ingin mengucapkan terima kasih.
2. Kata kebijakan dan kebijaksanaan
Sebenarnya kedua kata tersebut merupakan kata yang benar dan baku. Akan tetapi, pemakaiannya berbeda sehingga sering tidak tepat.
Kata kebijakan digunakan untuk menyatakan hal yang menyangkut politik atau strategi, sedangkan kebijaksanaan berkaitan dengan kearifan atau kepandaian seseorang dalam menggunakan akal budinya.
3)      Pemakaian kata dari dan daripada
Sebenarnya kedua kata tersebut pemakaiannya berbeda karena maknanya juga berbeda.
Kata dari digunakan untuk menyatakan makna asal (asal tempat dan asal bahan), sedangkan kata daripada untuk menyatakan perbandingan.
l  h. Memilih kata dalam bentuk frasa dengan tepat.
tidak tepat                                                          tepat
terdiri dari                                                           terdiri atas
tergantung pada,
tergantung daripada                                       bergantung pada
bertujuan untuk                                                               bertujuan
berdasarkan kepada                                       berdasar pada
membicarakan tentang                                 berbicara tentang                                                                                           membicarakan
antara ... dengan ...                                         ...antara ... dan ...
dalam menyusun                                             dalam penyusunan
dibanding                                                            dibandingkan dengan
walau/meskipun...,tetapi                             walau/meskipun … (tanpa tetapi)
i. Menghindari penggunaan frasa yang bersinonim secara bersamaan.
Contoh:
tidak tepat                                                          tepat
 disebabkan karena                                         disebabkan oleh
                                                                                                karena
agar supaya                                                        agar
                                                                                                supaya
dalam rangka untuk                                        dalam rangka …
                                                                                                 untuk …
setelah … kemudian …                   setelah …
…baik … ataupun …                          …baik … maupun …