Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi
BAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIA
1. Sejarah Bahasa Indonesia
Kronologis sejarah bahasa Indonesia dibedakan menjadi 2 periodesasi
masa, yaitu:
a. Sebelum kemerdekaan
-1901- Van Ophuysen
-28 Oktober- Sumpah Pemuda
b. Sesudah Kemerdekaan
-18 Agustus 1945-UUD 45 pasal 36- Bhs Ind. sbg. bhs. negara
-19 Maret 1947- Ejaan Soewandi
-16 Agustus 1972- presiden menggunakan EYD dalam pidato kenegaraan
-13 Agustus 1972- EYD ditetapkan Mendikbud.
Sebelum kemerdekaan
Bahasa Melayu menjadi lingua franca, artinya digunakan sebagai alat
perhubungan bukan saja di wilayah nusantara. Melainkan juga di negara asia
tenggara
Bangsa asing pun yang datang ke Indonesia juga menggunakan bahasa
Melayu dalam berhubungan dengan masyarakat Indonesia
Buktinya adalah :
1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683
2. Prasasti Talang Tuo di Palembang tahun 684
3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat tahun 686
4. Prasasti Karang Brahi di antara
Jambi dan Sungai Musi tahun 688
Prasasti ini
bertuliskan Pra-Nagari dan menggunakan bahasa Melayu dalam bentuk Melayu Kuno
sudah dipakai dalam masa kerajaan Sriwijaya.
-Prasasti Talang Tuo
-Huruf Melayu/Huruf Jawi
-Huruf Jawi
Dalam zaman Sriwijaya, Bahasa Melayu berfungsi sebagai :
- Bahasa Kebudayaan, artinya bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra;
- Bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di Indonesia;
- Bahasa perdagangan, terutama di tepi-tepi pantai baik antarsuku yang ada di Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia;
- Sebagai bahasa resmi kerajaan
CATATAN SEJARAH KOLONIALISME
-Pada masa penjajahan
Belanda, bahasa Melayu tetap digunakan sebagai bahasa perhubungan di antara
bangsa Indonesia. Karena Pemerintah Belanda tidak mau menyebarluaskan
penggunaan bahasa Belanda pada penduduk pribumi.
-Pada tanggal 28
Oktober 1928 Kongres Pemuda menempatkan bahasa Melayu diubah namanya menjadi
bahasa Indonesia dan diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan
atau bahasa nasional yang dinyatakan dalam 3 butir kebulatan tekad.
tiga Butir Tekad Sumpah Pemuda
(1)
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia
(2)
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa
yang satu, bangsa Indonesia
(3)
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia
4 Faktor menyebabkan bahasa
Melayu sebagai bahasa nasional antara lain :
- Bahasa Melayu sudah menjadi lingua franca di Indonesia; yaitu sebagai bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan
- Sistem bahasa Melayu sederhana, karena tidak ada tingkatan bahasa.
- Suku bangsa di Indonesia menerima bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia
- Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk digunakan sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas
Peristiwa-Peritiwa Penting
Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan
-Sesudah Kemerdekaan
Pemerintah Orde Lama
dan Orde Baru menaruh perhatian serius terhadap bahasa Indonesia dengan
membentuk lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yaitu; Pusat Bahasa dan
pusat penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia. Ditandai dengan perubahan ejaan
dari van Ophyusen menjadi Soewandi hingga EYD.
2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
2.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:
(1)
lambang kebanggaan kebangsaan;
(2)
lambang identitas nasional;
(3)
alat pemersatu berbagai suku bangsa yang
mempunyai latar belakang sosial budaya
dan bahasa sendiri-sendiri dalam kesatuan kebangsaan; dan
(4)
alat perhubungan antardaerah, antarwarga dan
antarbudaya.
A. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Kebangsaan:
Adanya sebuah bahasa yang
dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan suatu kebanggaan
bagi bangsa Indonesia, sehingga dapat mengatasi berbagai perbedaan yang ada.
B. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional
Untuk membangun
kepercayaan diri yang kuat, sebuah
bangsa memerlukan identitas. Identitas sebuah bangsa dapat diwujudkan antara lain melalui bahasanya.
C. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku Bangsa
Perbedaan suku
bangsa yang dapat memecah-belah bangsa dapat dihindari karena adanya bahasa
pemersatu bahasa Indonesia
D. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan Antardaerah,
Antarwarga, dan Antarbudaya
Adanya berbagai
suku bangsa dengan budaya dan bahasa yang berbeda-beda dibutuhkan alat
komunikasi yang sama untuk menghindari kesalahpahaman.
2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
(1) bahasa resmi kenegaraan;
(2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
(3) alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan
dan pemerintahan;
(4) alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
A. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan
Sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesia digunakan untuk urusan-urusan kenegaraan,
misalnya pidato-pidato resmi kenegaraan,
dokumen dan surat-surat resmi, upacara dsb.
B. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar dalam Dunia Pendidikan
Dunia
pendidikan di suatu negara memerlukan sebuah bahasa yang seragam sehingga
kelangsungan pendidikan tidak terganggu.
Dengan satu
bahasa, peserta didik dari tempat yang berbeda dapat saling berhubungan.
C. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat Nasional untuk
Kepentingan Pembangunan dan Pemerintahan
Untuk kepentingan
pembangunan dan pemerintahan di tingkat nasioanl diperlukan sebuah bahasa
sebagai alat perhubungan sehingga komunikasi tidak terhambat.
D. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
Untuk mengembangkan
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan bahasa yang dapat
dimengerti oleh masyarakat luas
BAHASA RAGAM ILMIAH
Ragam bhs. Ilmiah:
ragam bhs. yang
digunakan untuk kegiatan yang bersifat ilmiah.
a. Ranah Bhs Ilmiah
1)
Naskah
(artikel, makalah, laporan penelitian) – surat-surat resmi
2)
Skripsi,
tesis, disertasi
3)
Laporan
pekerjaan yang berbentuk surat atau naskah
4)
Lap.
pertanggungjawaban– lap. keuangan, lap. kegiatan, lap. pemegang saham.
- Ciri-ciri Bhs. Ragam
Ilmiah
a)
Cendekia
b)
Lugas
dan logis
c)
Jelas
d)
Padat
dan ringkas
e)
Formal
dan objektif
f)
Gagasan
sebagai pangkal tolah
g)
Penggunaan
istilah teknis
h)
konsisten
- Cendekia: bahasa
yang digunakan mampu
mengungkapkan hasil berpikir logis.
Contoh :
Kemajuan informasi
pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai
moral bangsa Indonesia
terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia.
Bandingkan dengan:
- Pergeseran
nilai-nilai budaya bangsa terjadi karena masuknya pengaruh budaya barat ke
Indonesia.
- Lugas dan logis:
bermakna harafiah dan tidak bermakna ganda
Contoh :
Kalau pada zaman Sunan Kalijaga dalam
kesenian wayang termasuk ceritanya digunakan sebagai media penyebaran agama.
Maka dimasa sekarang lebih tepat apabila penanaman budi pekerti dalam cerita
wayang melalui pengajaran apresiasi.
Bandingkan dengan
Kalau pada zaman Sunan Kalijaga, kesenian
wayang termasuk ceritanya digunakan sebagai media penyebaran agama, sekarang
kesenian wayang itu digunakan sebagai media penanaman budi pekerti melalui
apresiasi.
Jelas: memiliki
struktur kalimat dan makna yang jelas
Contoh:
Kuda makan rumput
Bandingkan dengan
Rumput makan kuda
Padat dan ringkas
Tidak ada unsur-unsur
bahasa yang tidak diperlukan/mubazir (ringkas bentuknya tetapi padat
gagasannya)
Contoh :
Pendidikan agama di SD tidak akan
terlaksana dengan sebaik-baiknya jika
tanpa adanya dukungan dari orang tua dalam keluarga.
Bandingkan dengan
Pendidikan agama di SD tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa dukungan orang tua.
- Formal dan objektif:
Menggunakan
unsur-unsur bahasa formal/resmi pada setiap lapis bahasa (diksi, kalimat dst)
Contoh :
Menurut Moeliono
(1989) bahwa bahasa ilmiah itu lugas, eksak, dan menghindari kesamaran dan
ketaksaan dalam pengungkapan
Bandingkan dengan
Menurut Moeliono
(1989) bahasa ilmiah itu lugas, eksak, dan menghindari kesamaran dan ketaksaan
dalam pengungkapan
- Gagasan sebagai
pangkal tolak
Berorientasi pada
gagasan dan bukan pada penulis
Contoh :
Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan
keluarga akan sangat penting didalam penanaman moral Pancasila.
Bandingkan dengan
Perlu diketahui bahwa pendidikan di
lingkungan keluarga sangat penting dalam penanaman moral Pancasila.
Penggunaan istilah
teknis
Menggunakan islilah
teknis sesuai dengan bidangnya
Contoh :
- Perbedaan antara
investasi, pembelian bahan akhir perusahaan , dan depresiasi disebut jaringan
investasi. (Ekonomi)
- Pada dasarnya,
pertanian organik berhubungan dengan berbagai bentuk gerakan pertanian
alternatif. (Pertanian)
- Unsur intrinsik
suatu karya sastra yang berupa prosa antara lain; tema, setting, plot,
karakter, titik kisah, dan gaya bahasa. (Sastra)
Konsisten: menggunakan
unsur-unsur bahasa secara konsisten (taat asas)
Contoh :
- Penulis skripsi
harus melakukan langkah-langkah:
- Pertemuan dengan penasihat akademik,
- Mengajukan topik,
- Melapor kepada ketua jurusan, dan
- Bertemu pembimbing.
Bandingkan dengan
- Penulis skripsi
harus melakukan langkah-langkah:
- menemui penasihat akademis;
- mengajukan topik;
- melaporkan rencana skripsi kepada ketua jurusan; dan
- menemui pembimbing.
EJAAN
Ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan penulisan tanda baca.
Fungsi ejaan adalah:
a. sebagai landasan
pembakuan tata bahasa,
b. sebagai landasan
pembakuan kosa kata dan peristilahan, serta
c. sebagai alat penyaring
masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Aspek-Aspek Ejaan
a. Pengaturan Huruf
Bentuk huruf Latin yang
banyak digunakan dalam bahasa-bahasa di dunia adalah huruf Romawi
(tegak) dan huruf Italic (miring).
Penggunaan huruf Romawi
dalam penulisan karya ilmiah ditetapkan dengan menggunakan jenis huruf Time
New Roman dengan ukuran 12 point.
b. Pengejaan Kata
1) Pemakaian huruf q dan
x dibatasi hanya untuk keperluan ilmu dan pemakaian nama, kecuali
kata-kata yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Contoh:
Baihaqi, Iqbal,
Maqful,Xerox, sinar-X.
2) Pemakaian huruf f dan
v dalam bahasa Indonesia dieja dan diucapkan atau dilafalkan sama.
Huruf f dan v
sering juga dipertukarkan dengan huruf p.
Contoh:
positif bukan positip atau positive,
kreatif bukan kreativ atau kreatip,
kreativitas bukan kreatifitas atau
kreatipitas,
3) Pemakaian huruf z pada
unsur asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia ditulis dan dieja seperti
huruf dan bunyi aslinya.
Contoh:
zakat, zebra, zat, ziarah bukan ditulis dan dieja jakat, jebra,
jat, jiarah
4) Pemakaian huruf h yang
berada pada gugus gh, ph, rh, dan th harus dicermati dengan baik.
Contoh:
morphologi, rhitme,
methode menjadi morfologi, ritme, metode
5) Pemakaian huruf sin,
shad, dan tsa’ yang berasal dari bahasa Arab ditulis dan dieja
seperti huruf s, sedangkan huruf syin dieja dan ditulis seperti
huruf sy.
Contoh:
Huruf s dari huruf sin
antara lain selamat, sebab, insan.
Huruf s dari huruf tsa’
antara lain missal, senin, salju.
Huruf s dari huruf shad
antara lain pasal, hasil, maksud.
Huruf sy dari huruf syin
antara lain syahbandar, syarat, masyarakat.
6)Pemakaian huruf h ditulis
dan dieja seperti huruf h, sedangkan huruf kha? ditulis dan dieja
seperti huruf kh.
Contoh:
-Huruf h dari huruf h?
dan ha? antara lain sehat, nasihat, hasil, sahabat.
-Huruf kh dari huruf kha?
antara lain makhluk, khusus, khayal, khalik.
-Angka lazim dipakai untuk
melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Karimata VII
Nomor 11Hotel Indonesia, Kamar 189
c. Pemenggalan Kata
1)
Kata
Dasar
- Jika di tengah kata
ada huruf vokal yang beruntun (V/V), pemenggalannya dilakukan di antara kedua
huruf vokal tersebut.
Contoh:
ta-at, ma-af, bu-ah
- Jika di tengah kata ada
huruf konsonan dan gabungan konsonan di antara dua vokal (KV/KV) (KV/KKV),
pemenggalan dilakukan sebelum konsonan.
Contoh:
ta-bu, ka-wan, bu-nyi,
ka-bar
- Jika di tengah kata ada
huruf konsonan yang berurutan (K/KV), pemenggalan dilakukan di antara kedua
huruf konsonan tersebut.
Contoh:
Ap-ril, han-dal,per-gi
- Jika di tengah kata ada
tiga atau lebih huruf konsonan (K/KK), pemenggalan dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan kedua.
Contoh:
in-struk-si kon-klu-si bukan
konk-lu-si
- Pada kata jadian,
imbuhan yang berupa awalan dan akhiran, termasuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai, pemenggalan
dilakukan dengan memenggal imbuhan tersebut dari kata dasarnya. Sebagai tambahan, pada kata jadian
disarankan sedapat-dapatnya untuk tidak memenggal bentuk dasar.
Contoh:
per-ubah-an, meski-pun,
meng-gali
- Kata berimbuhan
sisipan pemenggalan dilakukan sebagai
berikut.
Contoh:
ge-ri-gi, te-lun-juk, ge-me-tar
- Hindarilah pemenggalan
pada kata yang berimbuhan (-i) dan kata yang diawali vokal.
Contoh salah:
mengakhir-i, a-nak, i-kan
- Disarankan untuk tidak
memenggal kata tugas.
Contoh salah:
deng-an, pa-da, da-ri
- Imbuhan yang
berasal dari bahasa asing tidak dianggap sebagai imbuhan, melainkan sebagai
suku kata. Pemenggalannya
dilakukan dengan mengikuti aturan pemenggalan kata dasar.
Contoh:
stan-dar-di-sa-si bukan stan-dar-disasi
- Jika suatu kata terdiri
atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat digabung dengan unsur
lain, maka pemenggalannya dilakukan dengan: (a) di antara unsur-unsur itu atau
(b) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah pemenggalan butir (a).
Contoh:
bio-da-ta atau bio-data
pasacasarjana, pasca-sarjana
atau pas-ca-sar-ja-na
KATA TURUNAN
Kata turunan terdiri
atas kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.
- Kata Berimbuhan
1)
Imbuhan
pemenggalannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh: bel-a-jar,
peng-a-tur-an
2)
Sisipan:
ge-ri-gi, te-lun-juk, ge-me-tar
-
Kata
Majemuk: pemenggalannya berdasarkan pada unsur-unsur bentukan
Contoh: fo-to-gra-fi,
ki-lo-me-ter
- Kata Ulang: semua
jenis kata ulang pemenggalannya didasarkan pada unsur-unsur pengulangannya
Contoh: ja-lan-ja-lan,
se-luk-be-luk, seluk-be-luk, di-be-sar-be-sar-kan
- d. Pemakaian
Huruf
1)
Huruf Kapital atau Huruf Besar
a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Contoh:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Pekerjaan itu belum selesai.
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pertikan langsung.
Contoh:
Adik bertanya, “Kapan
kita pulang?”
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, nama nabi/rasul, dan kitab suci, termasuk kata
ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Allah yang Mahakuasa dan Maha Pengasih
menurunkan wahyu Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad.
Bimbinglah hamba-Mu,
ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hamengkubuwono X, Haji Agus
Salim,,Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Profesor
Agus Subekti, Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional,
Gubernur Jawa Timur
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Siapakah gubernur
yang baru dilantik itu?
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
Titik Maslikatin, Wage Rudolf
Supratman
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis
atau satuan ukuran.
Contoh:
10 volt, 5 ampere
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia,
suku Sunda, bahasa Inggris
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
mengindonesiakan kata
asing,keinggris-inggrisan
h) Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
tahun Hijriah, bulan Maret,
hari Jumat, hari Natal, Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
nama.
Contoh:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan bangsanya.
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit
Barisan, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng,
Gunung Semeru, Kali Brantas, Ngarai Sianok,
Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Teluk Benggala,
Terusan Suez.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Contoh:
Berlayar ke teluk,
mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama
jenis.
Contoh:
garam inggris, gula jawa,
kacang bogor, pisang ambon
j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata
seperti dan.
Contoh:
Republik Indonesia, Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan
Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
72 Tahun 2005…….
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta dokumen resmi.
Contoh:
menjadi sebuah republik,
beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat,
menurut undang-undang yang berlaku
k) Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan
Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia
l) Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada
posisi awal.
Contoh:
Saya telah membaca buku Dari
Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Dia adalah agen surat kabar Kompas.
m) Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. = doktor M.A. =
master of arts
S.E. = sarjana ekonomi S.H. = sarjana hukum
Prof. = profesor Tn. = tuan
Sdr. = saudara
Catatan: untuk gelar dokter
singkatannya dr.
n) Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.
Contoh:
“Kapan Bapak
berangkat?” tanya Harto.Adik bertanya, “itu apa, Bu?”Surat Saudara
sudah saya terima.“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Contoh:
Kita harus menghormati bapak
dan ibu kita.
Semua kakak dan adik
saya sudah berkeluarga.
o)Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Sudahkah Anda
tahu?Surat Anda telah kami terima.
HURUF MIRING
a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
majalah Bahasa dan
Kesusateraan, surat kabar Suara Karya
b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad
ialah a.Dia bukan menipu, tetapi ditipu.Bab ini tidak membicarakan
penulisan huruf kapital.
c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
Contoh:
Politik devide et impera
pernah merajalela di negeri ini.
PENULISAN KATA
1) Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Buku itu sangat tebal
2) Kata Turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis
serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
bergeletar, dikelola, penetapan,
menengok, mempermainkan
b) Jika bentuk dasar berupa
gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak
sungai, sebar luaskan
c) Jika bentuk dasar yang
berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Contoh:
menggarisbawahi, menyebarluaskan,
dilipatgandakan
d) Jika salah satu unsur
gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Contoh:
aerodinamika, antarkota, bikarbonat,
biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi,
dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik,
infrastruktur, inkonvensional, instropeksi, kolonialisme,
kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana,
nonkolaborasi, Pancasila, panteisme, paripurna,
poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi,
saptakrida, semiprofessional, subseksi, swadaya, telepon,
transmigrasi, tritunggal, ultramodern
Catatan:
Jika bentuk terikat
diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kaptal, di antara kedua unsur
itu dituliskan tanda hubung (-).
Contoh:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
Jika kata maha sebagai
unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan
itu ditulis terpisah.
Contoh:
Maha Esa, Maha Pengasih.
Jika kata maha sebagai unsur
gabungan diikuti oleh kata dasar, gabungan itu ditulis serangkai.
Contoh:
Mahaadil, Mahabesar, Mahakuasa, Mahaagung
BENTUK ULANG
a) Bentuk ulang ditulis
secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung.
Contoh:
anak-anak, buku-buku,
hati-hati, undang-undang, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia,
gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur,
centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan,
dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar,
hulubalang-hulubalang
Gabungan Kata
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:
duta besar, kambing hitam,
kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang
tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat
b) Gabungan kata, termasuk
istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis
dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Contoh:
alat pandang-dengar, anak-istri
saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak
kami, watt-jam, orang-tua muda
c) Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Contoh:
- acapkali, adakalanya,
akhirulkalam, bagaimana, barangkali, bilamana, beasiswa, belasungkawa,
bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, darmawisata, dukacita, halalbihalal,
hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala,
manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa,
puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana,
sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria,
syahbandar, titimangsa, wasalam.
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki
boleh kauambil
Bukunya disimpan di
almari
Kata Depan di, ke, dan dari
a) Kata depan di, ke,
dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di
dalam lemari.
Ayah berangkat ke kantor.
Tas itu terbuat dari kulit
b) Kata-kata yang dicetak
miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada
Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Kata si dan sang
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali
kepada sang kancil.
Surat itu dikirimkan kembali
kepada si pengirim
Partikel
a) Partikel -lah, -kah,
dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu
baik-baik.
Apakah yang tersirat
dalam surat itu?
b) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun yang
dimakannya, ia tetap kurus.Hendak pulang pun sudah tak ada
kendaraan.Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang
ke rumahku.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap
padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun, ditulis
serangkai.
Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas
itu.
Baik para mahasiswa maupun
mahasiswi ikut berdemontrasi.
c) Partikel per yang berarti mulai, demi,
dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat
kenaikan gaji per 1 Januari.
Mereka masuk ke dalam
ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 9.000,00 per
helai.
Singkatan dan Akronim
a) Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan
yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
(a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,
jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
Contoh:
A.S. Kramawijaya
Muh.
Yamin
Suman Hs.
Sukanto S. A.
BBC
(b) Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas tiga huruf atau lebih huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
DPR = Dewan Perwakilan
Rakyat
PGRI = Persatuan Guru Republik
Indonesia
RUU = Rancangan Undang-Undang
(c) Singkatan umum yang
terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh:
dll. = dan lain-lain
dsb. = dan sebagainya
dst. = dan seterusnya
hlm. = halaman
sda. = sama dengan atas
Yth. = Yang terhormat
(d) Lambang kimia, singkatan satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
Cu = kuprum
KVA = kilovolt-ampere
TNT = trinitrotoluen
kg = kilogram
cm = sentimeter
b) Akronim ialah singkatan yang berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
(a) Akronim nama diri yang
berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital.
Contoh:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(b) Akronim nama diri yang
berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh:
Akabri : Akademi Angkatan Bersenjata
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional
Iwapi : Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
(c) Akronim nama diri yang
berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu : pemilihan umum
radar : radio detecting and ranging
rapim : rapat pimpinan
raker : rapat kerja
ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN
a) Angka dipakai untuk
menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka
Arab atau angka Romawi.
Contoh:
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7,8,9
Angka Romawi : I, II, III, IV, VI, VII, VIII, IX, X, L (50)
b) Angka digunakan untuk menyatakan (i)
ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan
(iv) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul
15.00
4 meter persegi tahun
1928
c) Angka lazim dipakai untuk melambangkan
nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Karimata VII
Nomor 11Hotel Indonesia, Kamar 189
d) Angka digunakan juga untuk menomori bagian
karangan dan ayat kitab suci.
Contoh:
Bab 10, Pasal 5, halaman 252
Surat Yasin: 9
e) Penulisan lambang bilangan yang dengan
huruf dilakukan sebagai berikut.
(a) Bilangan utuh
Contoh:
dua belas 12
dua puluh dua 22
dua ratus dua
puluh dua 222
(b) Bilangan pecahan
Contoh:
setengah ½
tiga perempat
¾
seperenam belas 1/16
f) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat
dilakukan dengan cara berikut.
Contoh:
Paku Buwono X; pada awal
abad XX; dalam kehidupan pada abad
ke-20 ini; lihat Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2
buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di
tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.
g) Penulisan lambang bilangan yang mendapat
akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Contoh:
tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang lima ribuan lima uang 1000-an atau lima uang seribuan
h) Lambang bilangan yang dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh:
Amir menonton drama itu
sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus
ekor ayam.
Di antara 72 anggota
yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang memberikan suara blangko.
i) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyakan dengan satu
atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250
orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j) Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja
mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah
lebih dari 120 juta orang.
k) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka
dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan
kuitansi.
Contoh:
Kantor kami mempunyai dua
puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805
buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20
(dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805
(delapan ratus lima) buku dan majalah.
l) Jika bilangan dilambangkan
dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh:
- Saya lampirkan tanda
terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan
tujuh puluh lima per seratus rupiah).
- Saya lampirkan tanda
terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh
puluh lima per seratus) rupiah.
PENULISAN UNSUR SERAPAN
- Unsur serapan atau
pinjaman berdasarkan taraf integrasinya dibagi dalam dua golongan.
-- Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia tetap dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara ucapan asing. Misalnya: reshuffle, shuttle
cock, l’exploitation de l’homme par l’homme.
-- Kedua, unsur asing yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan ejaan
asingnya hanya diubah seperlunya hingga ejaan atau bentuk Indonesianya sesuai
dengan kaidah EYD dan masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya (lihat
kolom di bawah).
-- Akhiran yang berasal dari
bahasa asing diserap sebagai bagian yang utuh. Misalnya: standardisasi,
implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standar,
implemen, dan objek. Berikut daftar kata asing yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia
Penulisan Unsur Serapan
- Unsur serapan atau
pinjaman berdasarkan taraf integrasinya dibagi dalam dua golongan.
-- Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara ucapan asing.
Misalnya: reshuffle, shuttle cock.
-- Kedua, unsur asing yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia (EYD) dan masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kata Asing Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar
l
risk resiko risiko
l
system sistim sistem
l
effective efektip,effektif efektif
l
frequency frekwensi frekuensi
l
percentage prosentase persentase
Pemakaian Tanda Baca
1) Tanda Titik (.)
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat
yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Ayahku tinggal di
Solo.
Biarlah mereka
duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang
akan datang.
b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh:
- III. Departemen Dalam Negeri
- Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal
Agraria
1. ……..
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf
itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
BAB III
3.1 bukan 3.1.
3.2
3.1.1 bukan 3.1.1.
3.1.2
a.
1)
a)
(1)
3.1.2.1.1.1.1
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka
jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat
35 menit 20 detik)
d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka
jam, menit dan detik.
Contoh:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35
menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30
detik)
0.0.30 jam (30 detik)
Maslikatin, Titik. 2008. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama.
Jember: Jember University Press.
e) Tanda titik dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,
dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh:
Siregar, M. 1920. Azab
dan Sengsara. Jakarta:
Balai Pustaka.
Amin.1920. Menulis Kreatif. Jakarta: Gramedia.
Tanda titik tidak dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan
jumlah
Contoh:
Ia lahir pada tahun 1956 di
Bandung.
Lihat halaman 2345 dan
seterusnya.
Nomor gironya 5645678
NIM
NIP 131.759.758
NIP 131759758
Maslikatin, Titik. 2008. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama.
Jember: Jember University Press.
f) Tanda titik tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya.
Contoh:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I
UUD ’45)
Salah Asuhan
g) Tanda titik tidak dipakai di
belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat
penerima surat.
Contoh:
Jalan Diponegoro 82 Jakarta (tanpa
titik)
1 April 1985 (tanpa
titik)atau
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa
titik)
Jalan Cikini (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini
Jakarta
JAKARTA.
2)Tanda Koma (,)
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contoh:
- Saya membeli kertas, pena,
dan tinta.
- Surat biasa, surat kilat,
atau surat khusus memerlukan perangko. Satu, dua, … tiga!
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata seperti tetapi atau melainkan.
Contoh:
- Saya ingin datang, tetapi
hari hujan.
- Didi bukan anak saya, melainkan
anak Pak Kasim.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Contoh:
- Kalau hari hujan, saya
tidak akan pulang.
- Karena sibuk, ia lupa akan
janjinya.
Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi kalimatnya.
Contoh:
- Saya tidak akan datang
kalau hari hujan.
- Dia lupa akan janjinya
karena sibuk.
d) Tanda koma dipakai di belakang kata atau
ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di
dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
- … Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati.…
- Jadi, soalnya tidak
semudah itu.
e) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan
alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
- Surat-surat ini harap
dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya
Salemba 6, Jakarta.
- Sdr. Abdullah, Jalan
Pisang Batu 1, Bogor
- Jember, 22 Juni 2006
Jember, Jawa Timur
f) Tanda koma untuk menceraikan bagian nama
yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
- Alisjahbana, S. T. 1949. Tatabahasa
Baru Bahasa Indonesia. Jilid
1 dan 2. Djakarta: PT. Pustaka Rakjat.
- Maslikatin, Titik. 2008. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama.
Jember: Jember University Press.
g) Tanda koma dipakai di bagian-bagian dalam
catatan kaki.
Catatan: perhatikan
perbedaan antara penulisan daftar pustaka pada huruf h dan penulisan catatan kaki pada contoh di bawah
ini.
Contoh:
- W. J. S. Poerwadarminta, Bahasa
Indonesia untuk Karang-mengarang, Yogyakarta: UP Indonesia, 1967, hlm. 4.
h) Tanda koma dipakai di antara nama orang
dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama
diri, keluarga, atau marga.
Contoh:
- B. Ratulangi, S.E.
- Dra. Khadijah M.,S.Pd., M.A., M.M.
i) Tanda koma dipakai di muka angka
persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
- 12,5 m
- Rp12,50
j) Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh:
- Guru saya, Pak Ahmad,
pandai sekali.
- Di daerah kami, misalnya,
masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
- Semua mahasiswa, baik yang
laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan
pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma.
Contoh:
Semua siswa yang lulus ujian
mendaftarkan namanya pada panitia.
k) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah
baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
- Dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa, diperlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi
mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
- Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
- Karyadi mengucapkan terima
kasih atas bantuan Agus.
n) Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian kalimat yang mengiringinya dalam
kalimat jika pertikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh:
- “Di mana Saudara tinggal?”
tanya Karim.
- “Berdiri lurus-lurus!”
perintahnya.
3) Tanda Titik Koma (;)
a) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
- Malam makin larut;
pekerjaan belum selesai juga.
b) Tanda titik koma sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contoh:
- Ayah mengurus tanamannya
di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan
nasional; Saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.
4) Tanda Titik Dua (:)
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
- Kita sekarang memerlukan
perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
- Hanya ada dua pilihan bagi
para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
Tanda titik dua tidak
dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Contoh:
- Kita memerlukan kursi,
meja, dan lemari.
- Fakultas itu mempunyai
Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
- Ketua : Ahmad Wijaya
- Sekretaris :
S. Handayani
- Bendahara :
B. Hartawan
c) Tanda titik dua dapat dipakai dalam
teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
- Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
- Amir :
“Baik, Bu” (mengangkat kopor dan masuk).
- Ibu : ”Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar).
d) Tanda titik dua dipakai (i) di antara
jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh:
- Tempo, I (1971), 34:7
- Surat Yasin: 9
- Tulisan M. H. Sundoro, Sejarah
Peradaban Barat Klasik, sudah terbit.
- Hidayat, R. 2006. Persamaan
Diferensial Parsial. Jember: UPT Penerbitan UNEJ.
5) Tanda Hubung (-)
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata
dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Di samping
cara-cara lama itu ju- ga cara yang baru.
Contoh:
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan
pada ujung baris atau pangkal baris.
Contoh:
- Beberapa pendapat
mengenai masalah itu telah disampaikan ….
- Walaupun sakit, mereka
tetap tidak mau beranjak ….
atau
- Beberapa pendapat
mengenai masalah itu telah disampaikan ….
- Walaupun sakit, mereka
tetap tidak mau beranjak ….
bukan
- Beberapa pendapat
mengenai masalah i-
tu telah disampaikan ….
- Walaupun sakit,
mereka tetap tidak ma-
u beranjak ….
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan
bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris.
- Kini ada cara
yang baru untuk meng-
ukur panas.
- Kukuran baru ini
memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Contoh:
- Akhiran –i tidak dipenggal
agar tidak terdapat satu huruf saja.
c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata
ulang. Angka ”2” sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
Contoh:
anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan
d) Tanda hubung menyambung huruf kata yang
dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
- p-a-n-i-t-i-a
- 22-6-2006
e) Tanda hubung boleh dipakai untuk
memperjelas (1) hubungan bagian kata atau ungkapan dan (2) penghilangan bagian
kelompok kata.
Contoh:
- ber-evolusi, dua puluh
lima-ribuan (20 x 5000), tanggung jawab-dan kesetia kawanan-sosial
Bandingkan dengan:
- ber-evolusi, dua-puluh-lima-ribuan
(1 x 25000), tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke-
dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital
dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Contoh:
- se-Indonesia, se-Jawa
Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X,
Menteri-Sekretaris Negara
- S-1, S-2, S-3
- Ke2 (ke-2)
- keX (X)
g) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-smash, pen-tackle-an
6) Tanda Pisah (–)
a) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Contoh:
- Kemerdekaan bangsa
itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangsa sendiri.
b) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan
aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
Rangkaian temuan
ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.
c) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan
atau tanggal arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’.
Contoh:
2001–2006
tanggal 1–17 Juni 2006
Jember–Surabaya
7) Tanda Elipsis (…)
a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang
terputus-putus.
Contoh:
- Kalau begitu … ya, marilah
kita bergerak.
- ...----------
- ------...------
- -----...------....
b) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam
suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Contoh:
- Sebab-sebab kemerosotan …
akan diteliti lebih lanjut.
Catatan: jika bagian yang
dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga
buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh:
- Dalam tulisan, tanda baca
harus digunakan dengan hati-hati ….
- ...tanda elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
- Tanda elipsis menunjukkan ...bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan....
- ... Tanda elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan....
KATA, FRASA, DAN KLAUSA
Kata
Kata: bentuk bahasa yang paling kecil dan
bermakna
Kata: unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan di berbagai bahasa.
1)
Verba (kata kerja)
Verba dapat
didampingi dengan kata tidak
Contoh:
l
Ia tidak belajar di kampus.
l
Ia tidak makan di rumah.
l
Mereka tidak menulis makalah.
2) Adjektiva (kata
sifat)
Adjektiva ditandai dengan
dapat didampingi kata lebih, sangat, agak ,dan paling. Berdasarkan
bentuknya, adjektiva
dibedakan menjadi
- adjektiva dasar, misalnya: baik, adil, boros;
- adjektiva turunan, misalnya: alami, baik-baik, sungguh-sungguh;
- adjektiva frasa misalnya; panjang tangan, murah hati, buta warna dan, cantik jelita, aman sentosa
3) Nomina (kata
benda)
l
Nomina
ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat
dinegatifkan dengan kata bukan.
Contoh:
l
Nomina
dasar : rumah, orang, burung
l
Nomina
turunan: kekasih, pertanda, petinju, pengacara, tulisan, pengawasan,
persatuan, kemerdekaan
l
Nomina
bernyawa: manusia, sapi, kerbau
l
Nomina
tidak bernyawa: rumah, sawah, tanah, sungai
l
Nomina
terbilang: lima orang, seratus pohon, sekuntum bunga
l
Nomina
tidak terbilang: air laut, bintang, awan, langit
4) Pronomina (kata
ganti)
l
Pronomina
adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain dan berfungsi untuk
menggantikan nomina
Contoh:
(1) Pronomina Persona
l
Pronomina
persona pertama tunggal: saya, aku, daku
l
Pronomina
persona kedua tunggal : engkau, kamu, Anda, kau, -mu
l
Pronomina
persona ketiga tunggal: ia, dia, beliau,-nya
l
Pronomina
persona pertama jamak: kami
l
Pronomina
persona kedua jamak: kalian, kamu sekalian, Anda sekalian, kamu semua
l
Pronomina
persona ketiga jamak: mereka
(2) Pronomina Penunjuk
l
Pronomina
penunjuk umum: ialah, ini, itu
l
Pronomina
penunjuk tempat: sini, situ, sana
(3) Pronomina penanya
l
Pronomina
penanya: siapa, apa, mengapa, dengan apa, mana, di mana, ke mana, dari mana,
bagaimana, dan bilamana.
5) Numeralia (kata
bilangan)
l
Numeralia
dapat diklasifikasikan berdasarkan subkategori
a) Numeralia takrif
(tertentu) yang terdiri atas
l
numeralia
pokok ditandai dengan jawaban berapa? Satu, dua, tiga, dan seterusnya;
l
numeralia
tingkat ditandai dengan jawaban yang ke berapa? Kesatu, kedua, dan seterusnya;
l
numeralia
kolektif ditandai dengan satuan bilangan dosin, gross, kodi, meter,
rupiah, dolar;
b) Numeralia tidak takrif (tidak tentu)misalnya beberapa,
berbagai, segenap, semua
6) Adverbia
(kata keterangan)
l
Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva,
nomina predikatif, atau kalimat.
a) Bentuk tunggal:
l
Orang itu sangat bijaksana.
l
Ia
hanya membaca satu buku, bukan dua.
l
Ia
lebih sukses dibanding teman seangkatannya
b) Bentuk jamak:
l
Mereka
belum tentu pergi hari ini.
l
Mereka
benar-benar mendatangi perpustakaan kampus.
l
Langit
berawan tebal jangan-jangan akan turun hujan
7) Interogativa
(kata tanya)
l
Interogativa
berfungsi sebagai pengganti sesuatu yang akan diketahui oleh pembicara atau
mengukuhkan sesuatu yang telah diketahui. Kata yang digunakan dalam in
terogativa adalah apa, siapa, berapa,
mana, yang mana, mengapa, dan kapan.
Contoh:
l
Berapa uang
yang kamu perlukan?
l
Yang mana
rumah orang itu?
l
Mengapa kamu
tertarik pada topik penelitian itu?
8) Demonstratifa
(kata ganti penunjuk)
l
Demonstratifa
berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam atau di luar wacana. Sesuatu itu
disebut anteseden. Kata yang menunjukkan demonstratifa adalah ini,
itu, di sini, di situ, berikut, dan begitu.
9) Preposisi
(kata depan)
l
Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga
berbentuk frasa atau kelompok kata atau sering disebut dengan kata depan.
Preposisi mempunyai dua bentuk yaitu:
a) preposisi dasar ( di, ke, dari, pada, demi)
b) preposisi turunan ( di antara, di
atas, ke dalam, di samping, dari samping, dari luar, dan kepada).
10) Konjungsi
(kata sambung)
l
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam suatu wacana.
l
Konjungsi dikelompokkan dalam dua jenis.
a)
Konjungsi intrakalimat : agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga,
serta, supaya, tetapi, dan sebagainya.
b) Konjungsi ekstrakalimat: jadi, di
samping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan demikian, walaupun
demikian, akibatnya, atau tambahan pula.
2 Frasa
Yang dimaksud frasa adalah
gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya: bayi
sehat, sangat enak, sudah lama sekali, dan sebagainya.
a. Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok
kata yang dibentuk dengan kata kerja
a. Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok
kata yang dibentuk dengan kata kerja
Contoh:
Ia bekerja keras
sepanjang hari
Orang itu berjalan cepat
setiap hari.
Siswa itu menulis kembali
pekerjaan rumahnya.
b. Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok
kata yang dibentuk dengan kata sifat atau kata keadaan sebagai inti
(diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan.
l
Contoh:
agak baik akan
tenang amat pandai
belum baik paling tenang kurang pandai
lebih baik selalu rajin
agak sedih
c. Frasa Nominal
Frasa nominal adalah
kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda ke kiri
dan ke kanan.
Contoh:
dua buah buku, seorang teman, beberapa butir
telur
d. Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah
kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat
modifikatif (membatasi), misalnya: sangat baik, kata baik
merupakan inti dan kata sangat merupakan pewatas.
3.2.3 Klausa
Klausa: kelompok
kata yang berpotensi menjadi kalimat. Klausa sering terjadi dalam kalimat
majemuk.
l
3.3
Diksi
Diksi adalah
pilihan kata. Dalam penulisan karya ilmiah harus dilakukan pemilihan kata.
Teknik pemilihan kata tersebut
sebagai berikut.
a. Memilih kata-kata dalam bentuk baku karena dalam bahasa Indonesia
banyak ditemukan juga kata-kata yang tidak baku.
l
Diksi
b. Menghindari kata-kata yang termasuk jargon atau prokem
atau slang, karena kata-kata tersebut tidak termasuk kata-kata baku,
kecuali sebagai data.
Contoh:
tidak baku baku
Beli ipok utas gelas (jargon) Beli kopi satu gelas
c. Menghindari pemakaian kata-kata di mana, yang mana, yang
digunakan sebagai kata penghubung.
Contoh:
tidak baku
1. Kota Jember merupakan kota di mana saya dilahirkan.
2. Masalah yang mana sudah saya jelaskan tidak perlu ditanyakan
lagi.
baku
1a.Kota Jember merupakan kota tempat saya dilahirkan.
2a.Masalah yang sudah saya jelaskan tidak perlu ditanyakan lagi.
d. Memilih kata-kata yang lugas, bereka makna, dan bermakna denotatif
bukan makna konotatif atau kias atau metaforis.
Contoh:
konotatif
Dalam pertengkaran itu, ia dijadikan kambing hitam.
denotatif
Kambing hitam itu dijual karena sangat diminati banyak orang.
e. Memilih kata-kata bersinonim yang paling tepat, yang memungkinkan
satu tafsiran makna yang paling sesuai dengan konteks dan maksud penulis.
Contoh:
tidak tepat
Melihat pertunjukan wayang.
tepat
Menonton pertunjukan wayang
f. Memilih kata-kata yang tidak berkonotasi emotif.
Contoh:
Emotif
Itu semua menunjukkan kepicikan atau ketololan masyarakat
setempat.
tidak emotif
Itu semua menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat setempat.
g. Memilih kata dengan tepat, terutama kata ganti, kata kebijakan
dan kebijaksanaan, dan kata dari dan daripada.
- Kata Ganti
Contoh:
tidak tepat
Kemarin sewaktu kita datang, dia sudah berada di sini.
Dengan ini kami sebagai penulis ingin mengucapkan terima kasih.
tepat
Kemarin sewaktu kami datang, dia sudah berada di sini.
Dengan ini saya sebagai penulis ingin mengucapkan terima kasih.
2. Kata kebijakan dan kebijaksanaan
Sebenarnya kedua kata tersebut merupakan kata yang benar dan baku. Akan
tetapi, pemakaiannya berbeda sehingga sering tidak tepat.
Kata kebijakan digunakan untuk menyatakan hal yang menyangkut
politik atau strategi, sedangkan kebijaksanaan berkaitan dengan kearifan
atau kepandaian seseorang dalam menggunakan akal budinya.
3)
Pemakaian kata dari dan daripada
Sebenarnya kedua kata tersebut pemakaiannya berbeda karena maknanya
juga berbeda.
Kata dari digunakan untuk menyatakan makna asal (asal tempat dan
asal bahan), sedangkan kata daripada untuk menyatakan perbandingan.
l
h. Memilih kata dalam bentuk frasa dengan tepat.
tidak tepat tepat
terdiri dari terdiri
atas
tergantung pada,
tergantung daripada bergantung
pada
bertujuan untuk bertujuan
berdasarkan kepada
berdasar pada
membicarakan tentang
berbicara tentang membicarakan
antara ... dengan ...
...antara ... dan ...
dalam menyusun dalam
penyusunan
dibanding dibandingkan
dengan
walau/meskipun...,tetapi walau/meskipun
… (tanpa tetapi)
i. Menghindari penggunaan frasa yang bersinonim secara bersamaan.
Contoh:
tidak tepat tepat
disebabkan karena disebabkan
oleh
karena
agar supaya agar
supaya
dalam rangka untuk
dalam rangka …
untuk …
setelah … kemudian …
setelah …
…baik … ataupun … …baik
… maupun …